PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 183 PALEMBANG MELALUI METODE DISCOVERY
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran yang baik sangat penting dan sangat
diharapkan demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran dengan efektif. Jika
pembelajaran tepat maka hasil pun akan tepat sesuai yang diharapkan. Dalam memajukan pendidikan harus dimulai dari
pembelajaran yang tepat karena pembelajaran merupakan dasar dari tujuan
pendidikan.
Sebagaimana menurut Mulyasa (2007:20)
mengatakan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas kepada
penyampaian informasi pada peserta didik. Sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar .
Dari pada itu guru dituntut memahami
berbagai model, metode pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta
didik secara optimal.
Namun, barbagai
masalah pada saat ini banyak terjadi dalam pembelajaran, baik masalah yang
timbul dari guru, siswa, maupun pihak lainnya. Setelah dianalisis
masalah-masalah yang timbul pada umumnya banyak terjadi di dalam ruangan kelas
atau saat proses belajar mengajar berlangsung, dimana dilihat peserta didik
enggan untuk mengajukan pendapatnya didepan kelas. Hal yang seperti ini terjadi
karena kesalah pahaman pihak pengajar terhadap pembelajaran yang dilakuakan. Dalam
situasi seperti ini guru diharapkan mampu untuk mengendalikan proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional, pembelajaran juga harus dapat mengimbangi
sesuai dengan perkembangan peserta didik,. Tetapi terkadang peran seorang guru tidak sesuai
seperti apa yang diharapkan sehingga sulit mencapai tujuan.
Seperti yang disampaikan Mulyasa (2007:19), dalam
praktrek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakuakn
kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan
tersebut sering tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya
yang menganggap hal biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun keslahan yang
dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif
terhadap perkembangan peserta didik
Permasalahan
yang terjadi di dalam kelas yaitu pembelajaran sering didominasi oleh guru dan
siswa jarang dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai penerima saja. Sehingga
siswa tidak mempunyai inisiatif dan kesempatan untuk menemukan sendiri apa yang
tidak dia ketahui disaat proses pembelajaran.
Contohnya
pelajaran matematika di SD Negeri 183 Palembang, dilihat persentase peminatnya
sangat rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan
matematika dianggap pelajaran yang sulit dan ditakuti karena banyak menggunakan
rumus-rumus yang membingungkan. Kemudian matematika dianggap sebuah tantangan
yang sangat besar yang mengakibatkan peserta kurang meminati matematika. Tapi,
hal ini terjadi karena guru tidak banyak tahu tentang tekhnik-tehnik dalam
proses pembelajaran yang akhirnya guru melekukan pembelajran sendiri dan tidak
dimasukkan sebagaimana peran seorang murid dalam pembelajaran. Peserta didik
hanya dijadikan sebagai objek saja, hal yang seprti ini menjadikan siswa
terbiasa untuk diam dan menerima apa adanya sehingga matematika dianggap suatu
masalah yang besar. Bukan bagi peserta didik saja menjadi masalah pelajaran
matematika, namun bagi guru juga merupakan suatu masalah dalam pembelajaran
karena masih banyak guru yang belum menguasai matematika itu sendiri. Menurut
Mulyono (2003:251) banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi
yang paling sulit.
Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar
matematika harus diatasi sedini mungkin. Bruner (dalam Depdiknas, 2007:1.5) mengatakan
bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari,
serta mencati hubungan antara kosep-konsep dan struktur-srtuktur matematika
itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak atik bahan-bahan
yang berhubungan dengan keteraturan itu. Proses belajara anak sebaiknya diberi
kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara
khusus dan dapat diotak atik siswa dalam mamahamisuatu konsep matematika.
Kemudian, matematika sering diajarkan
hanya sebatas pengenalan saja sehingga ada anggapan rumus akan dihafal, jadi
sulit bagi siswa untuk mencerna dan menggunakannya akhirnya pelajaran
metematika banayak dihindarai peserta didik. Selain dari itu, pembelajaran
yang dilakukan guru juga kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa yang masih
dalam tahap perkembangan dimana anak masih dalam tahap bermain. Masih dijumpai
di SD Negeri 183 Palembang guru banyak
memberikan tugas pada siswa tanpa menjelaskan melalui metode atau teknik pembelajaran.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
masih banyak guru yang belum tepat menggunakan cara-cara pembelajaran yang
menarik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Serta pendidik menganggap
matematika tidak harus diajarkan secara jelas dan detil. Kemudian dari guru juga masih banyak yang masih
bingung dengan matematika itu sendiri serta tidak jarang juga dijumpai
guru-guru bingung bagaimana cara menyampaikan atau membelajarkan suatu materi
pelajaran matematika pada siswa, salah satunya materi bilangan pecahan. Padahal
matematika merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.
Jadi matematika perlu menggunakan cara yang
tepat untuk menyampaikan materi dalam menimbulkan semangat siswa terhadap
pelajaran agar hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan 80%.
Seperti semester lalu pada SD Negeri 183 Palembang hasil pembelajaran belum mencapai ketuntutasan yang diharapkan karena
hanya 60% pencapaian ketuntasan siswa. Jadi ini semua disebabkan karena berbagai
masalah yang terjadi.
Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran
antara lain:
1. minimnya pengetahuan guru
terhadap metode-metode pembelajaran
2.
matematika merupakan pelajaran yang ditakuti oleh siswa.
3. kurangnya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
4.
media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik dan
terlalu abstrak.
Dari
masalah-masalah yang timbul ini maka peneliti merasakan perlu untuk dicarikan
jawabannya dan dipecahkan supaya masalah ini tidak timbul lagi.
B. RUMUSAN
MASALH
Dengan berbagai pokok permasalahan
yang terjadi dalam pembelajaran matematika, maka rumusan masalahnya adalah:
1.
Bagaimanakah hasil belajar matematika
siswa kelas IV SD Negeri 183 Palembang setelah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode
discovery
?
C. TUJUAN PENELITIAN
- Untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan metode Discovery.
- Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 183 Palembang pada materi bilangan pecahan melalui metode penemuan (discovery).
- Mengubah pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru menjadi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menipulasi pembelajaran, baik materi atau media yang digunakan.
4. Menerapakn
metode pembelajaran yang menarik, salah satunya metode discovery (metode
penemuan) dalam pembelajaran matematika SD.
D.MANFAAT
PENELITIAN
- Merupakan suatu acuan bagi peneliti agar dapat menggunakan metode yang tepat dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan.
2. Supaya
dapat meningkatakan daya tarik dan minat siswa dalam pelajaran matematika di
sekolah dasar pada materi bilangan pecahan.
3. Bisa
menjadikan pembelajaran matematika jadi salah satu pelajaran yang paling
disenangi
dan bukan pelajaran yang ditakuti lagi bagi
siswa SD khususnya siswa kelas 5 SD 003 Bangun Purba.
E. HIPOTESA / HIPOTESIS
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah “Hsil belajar Matematika siswa lebih baik setelah
dilakukan pembelajaran menggunakan metode Disconery”
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam usaha pencapaian tujuan
belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan (kondisi) belajar yang lebih
kondusif. Hal ini akan berkaaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan suatu
usaha penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
System lingkungan belajar ini terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen
yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen komponen itu misalnya
tujuan pembelajaran, materi yang ingin dicapai, media yang digunakan, jenis
kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana pembelajaran yang tersedia
(Sardiman, 2005:25-26). Menurut Umar (2007:27) belajaar yaitu merupaakaan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
mengingat, akaan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Interaksi belajara mengajar memiliki cirri-ciri; a)
interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam
suatu perkembangan tertentu, b) ditandai dengan suatu penggarapan materi
khusus, c) ditandai dengan adanya aktivitas siswa, d) guru berperan sebagai
pembimbing Edi (dalam Sardiman, 2005:15). Menurut Bloom (2001:175)
yaitu, “guru perlu memperhatikan tiga ranah perilaku siswa dalam pembelajaran, yakni aspek: kognitif, afektif dan psikomotorik”
Dari pendapat diatas
dapat diketahui bahwa mengajar itu merupakan suatu usaha atau tindakan
menjadikan kondisi lingkungan belajar, sedangkan belajar adalah suatu usaha
untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan. Maka, pembelajaran adalah suatu
proses penggalian pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui dan akhirnya tahu
setelah dilakukan proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran itu
merupakan hubungan interaksi antara pengajar dengan peserta didik didalam suatu
tempat yang ditetapkan dengan menggunakan tekhnik-tekhnik dan aturan-aturan
untuk menuntaskan pembelajaran serta untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang baik sangat membutuhkan
cara-cara atau metode pembelajaran agar pembelajaran dapat meningkatakan
keaktifan, kreatifitas siswa. Metode pembelajaran yang
digunakan bisa memaksimalkan ketiga ranah dalam pembelajaran tersebut karena
dengan menggunakan metode pembelajaran, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan
terstruktur serta dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna.
Hasil
belajar sangat tergantung pada prosesnya yaitu bagaimana pembelajaran itu
dilaksanakan dan juga dengan apa pembelajaran itu disajikan. Jadi pembelajaran
bukan hanya memberikan pada peserta didik apa yang tercantum dalam buku, tetapi
seorang pengajar harus berfikir bagaimana pembelajaran yang akan dilaksanakan
itu menarik. Untuk menjadikan pembelajaran yang menarik maka metode
pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menjadikan
pembelajaran itu menarik dan bermakna. Metode penemuan ( discovery ),
metode yang ditemukan dan dikemukakan oleh Bruner untuk menciptakan proses
pembelajaran lebih epektif. Metode pembelajaran penemuan sangat cocok digunakan
dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan, siswa akan menggunakan media
atau alat peraga yang sudah disiapkan dalam mengungkap masalah pecahan sehingga
siswa dapat menemukan sendiri seperti apa bentuk bilangan ½, ⅓, ⅔, ⅜……..dan
mereka dapat membandingkan besar dari bilangan yang sudah mereka dapatkan.
2. Metode
Penemuan (discovery) dalam
Pembelajaran
Berbagai metode dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai
pembelajaran yang diinginkan salah satunya adalah metode penemuan (discovery), dapat
digunakan dalam pembelajaran metematika untuk mengajarkan materi pecahan.
Metode penemuan diartikan sbagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran persorangan, memanipulasi objek
dan lain-lain percobaan, sbelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar
akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Mtode penemuan
merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri,
mencari sendiri dan reflekif (Suriyosubroto, 2002:192). Metode penemuan (discovery) adalah
metode pembelajaran dimana siswa yang berperan untuk melakukan penemuan. Metode
ini dapat menjadikan siswa berfikir dan
bekerja secara mandiri karena didalam pembelajaran ini
siswa dituntut untuk bekerja sendiri dan berfikir sendiri untuk menyelesaikan
masalah-masalah melalui prinsip-prinsip. Menurut Sund (dalam Roestiah, 2001:20)
mengatakan ”Discovery adalah proses
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”
Didalam
discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara
mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dalam pemecahan masalah, dengan mendorong siswa untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
(Depdiknas, 2007:1.12). Konsep-konsep
yang dimaksut tersebut adalah misalnya; segi tiga, pecahan, panas, demokrasi
sedangkan prinsip adalah misalya; bila logam dipanaskan akan mengembang dan
jika piring dipecah dua maka bagiannya adalah ½, dalam tehnik ini siswa dibiarksn menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya sebagai pembimbing Roestiyah
(2001:20).
Menurut Suriyosubroto
(2002:191) bahwa metode penemuan (discovery) adalah:
1.
Merupakan suatu cara untuk mengmbangkan cara
belajar siswa aktif.
2.
Dengan menemikan sendiri, menyelidiki sndiri, makan
hasil yang diproleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah
dilupakan anak.
3.
Pengertian tang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betuldikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam
situasi lain.
4.
Dengan menggunakan strategi peenemuan anak
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri.
5.
Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
brfikir analisis dan mncoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri;
kebiasaan ini akan ditreansfe dalam kehidupan masyarakat.
Jadi
dalam metode ini siswa bisa belajar aktif dengan keterlibatan langsung untuk
menemukan jawaban permasalahan melalui prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Penemuan
dilakukan oleh siswa dengan mencari informasi, memanipulasi dan
menganalisisnya. Siswa harus berfikir lebih mantap lagi supaya bisa menemukan
apa yang diharapkan. Dalam metode penemuan (discovery) matematika
berarti siswa sendiri yang akan menemukan hasil dari masalah yang ada, namun
penemuan disini hanyalah penemuan untuk diri siswa sendiri saja karna
sesungguhnya apa yang akan dicari sudah ditemukan terlebih dahulu oleh para
ahli. Sesuai dengan metode ini peneliti juga beranggapan bahwa dalam
pembelajaran matematika metode ini sangat cocok digunakan untuk meningkatkan
kretifitas dan mempertajam daya ingat
siswa terhdap materi yang diajarkan.
Semangat
belajar siswa akan semakin meningkat karena siswa sendiri yang akan
memanipulasi sampai siswa menemukan jawaban dari apa yang ingin dia temukan, Siswa
akan berperan aktif dalam menggunakan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran yang menggunakan metode penemuan (discovery) guru tidak
berperan banyak, hanya membangkitkan atau merangsang para siswanya dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang menyangkut dengan materi yang akan
menimbulkan barbagai masalah paada siswa. Kemudian guru memberikan pengarahan
serta memberi bantuan pada siswa disaat mendapat kesulitan, dan seterusnya akan dikerkajakan
oleh siswa untuk menyelesaikan.
Dalam
pembelajarannya, metode ini sudah menentukan apa yang akan dilakuakan sehingga
akan mempermudah dalam pelaksanaanny. Sebagaimana dalam ( Depdiknas, 2007:1.13)
bahwa metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak-anak memproleh pengetahuan sebelumnya belum
dikrtahuinya itu tidak melalui pemberitahuan tapi sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berfikir secara bebas dan melatih keterampilan
kognitif dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemukan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna.
Belajar
discovery adalah belajar yang
memaksimalakan proses pembelajaran aktif pada siswa supaya pengetahuan dan
pengalaman siswa bukan hanya sebatas apa yang diberitahukan orang lain namun
pengetahuan yang didapatkan oleh siswa itu sendiri.
Strategi
belajar discovery paling baik
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun dapat juga dilaksanakan
dalam kelompok belajar yang lebih besar. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau
komunikasi dua arah, bergantung pada besarnya kelas.
a).Sistem
Satu Arah (ceramah reflektif)
Pendekatan
satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan / eksposition) yang dilakukan guru. Struktur penyejian dalam bentuk
usaha merangsang siswa melakukan proses discovery
di depan kelas. Guru mengajukan satu masalah, dan kemudian memecahkan masalah
tersebut melalui langkah-langkah discovery.
Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas, memberikan
kesempatan kepada kelas melakukan melakukan refleksi. Pemecahan masalah
berlangssung selangkah demi selangkah dalam
urutan yang ditemukan oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara
keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah,
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diaujukan secara reflektif. Dalam keadaan
ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian oleh guru.
Penggunaan discovery dalam kelompok
kecilsangant bergantung pada kemampuan dan pengalam guru sediri, serta waktu
dan kemampuan mengantisifasi kesulitan siswa ( Oemar Hamalik, 2003:187).
b).Sistem
Dua Arah ( Discovery Terbimbing)
Sistem
dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan
discovery, seadngkan guru membimbing
mereka kearah yang tepat/ benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut guide discovery , sekalipun didalam
kelas yang terdiri dari 20 sampai 30 orang siswa. Hanya beberapa orang saja
yang melakukan discovery, sedangkan
yang lain berpartisipasi dalam proses
discovery misalnya dalam system ceramah reflektif (Oemar Hamalik, 2003:188).
3. Yang
Mempengaruhi Pembelajaran
Suatu pembelajaran mempunyai
keterkaitan dengan berbagai unsur dalam proses pembelajaran misalnya metode
yang digunakan, keantusiasan siswa, pengalam mengajar guru dan sebagainya.
Pembelajaran pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengajarakan sesuatu yang
belum duketahui oleh siswa atau muridnya. Jadi, harus diperhatikan lingkungan
suatu proses yang akan dilaksanakan agar hasil yang diproleh maksimal. Dari
brbagai sudut pandangn dapat kita lihat unsur-unsur yang dapat mempengaruhi .pembelajaran
seperti:
Ø Jumlah
siswa dalam suatu pembelajaran yang sedang berlangsung
Ø Metode
yang digunakan guru , apakah dapat memikat perhatian siswa untuk terfokus
terhadap pelajararn yang diberikan.
Ø Tempat
pembelajaran yang dilaksanakan apakah dapat mendukung proses yang pembelajaran
yang dilakukan.
Ø Minat
belajar siswa terhadap materi yang akan diajarakan.
Ø Alat-alat
atau media-media yang digunakan juaga
sangat mempengaruhi pembelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu dirancang
kegiatan-kegiatan pengajaran dan dalam bentuk kegiatan tatap muka.Kegiatan
berstruktur dan kegiatan mandiri yang relevan dengan bidang yang bersangkutan,
strategi pengajaran penemuan dapat menunjang keberhasilan program
pengajaran.(Oemar Hamalik, 2003:63).
Pembelajaran melalui metode penemuan akan mendapatkan masalah dari
rangsangan yang diberikan guru, masalah diperoleh siswa melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Masalah tersebut harus
dipecahkan oleh siswa itu sendiri secara mandiri, tapi jika terdapatkesulitan guru akan memberi bantuan. Bantuan guru yaitu
memberikan arahan atau memperjelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh
siswa dalam memecahkan
masalah.Proses didalam kelas merupakan salah satu dasar
pembentukan kepribadian dan pengetahuan seseorang, untuk mengembangkan juga
mempertajam daya serap para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas
perlu didukung dengan metode pembelajaran yang membuat siswa itu sendiri
mendapatkan aktifitas. Salah satunya dengan metode discovery dapat mengembangkan pengetahuan siswa dalam mencapai
keemasannya karena daya serap siswa masih kuat untuk menerima apa yang
diberikan.
Penelitian ini melalui metode
penemuan (discovery) merupakan penelitan tindakan kelas (PTK).
Penelitian akan dilaksanakan bertahap brdasarkan siklus-siklusnya agar
masalah-masalah dapat dipecahkan secara tuntas. Penelitian akan dilaksanaan di SD Negeri 183 Palembang kelas IV, sekolah ini merupakan sekolah yang
masih minim akan metode-metode pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu dan
hasil belajar siswa.
1.Setting Penenlitian
Penelitian dilaksanakan
di SD Negeri 183 Palembang kelas
IV dari …s/d September 2011 dengan jumlah siswanya 25 orang Sumatra Selatan.
2.
Metode
Penelitian
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode yang menuntut keaktifan para siswa yaitu dengan
menggunakan metode Penemuan (Discovery) dengan langkah –langkahny sebagai
berikut:
a) Stimulus
(pemberian perangsang/simuli), kegiatan belajar ini dimualai dengan pertanyaan
yang merangsang berfikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca
buku dan aktifitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b)
Problem statement (mengidentifikasi
masalah), memberikan kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi masalah yang
revan dengan materi ajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesis.
c) Data
collection (pengumpulan data), diberikan kesempatan pada siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidak
hipotesis yang dibuat.
d) Data
prosessing (pengolahan data), yaitu mengolah data yang sudah dikumpulkan
melalui kegiatan wawancra, observasi, dll. Kemudian menafsirkan data.
e) Mengadakan
pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran
hipotesis yang dibuat.
Rancangan
PTK ini akan dilaksanakan dengan dua siklus dimana langkah-langkah dalam
siklusnya yaitu:
1. menggali informasi untuk mengetahui dasar awal dalam
pelaksanaan pembelajaran
2. membuat identifikasi permasalahn dalam pmbelajaran
3.
membuat
rencana untuk pelaksanaan pembeajaran (rancangan pembelajaran)
4.
tindakan
kelas yang akan dilaksanakan dan refleksi akhir pembelajaran.
Dalam pelaksanaan siklus penelitian ini akan dirincikan
sebagai berikut.
siklus
I
a.
Persiapan
Ø
Melakukan
pertemuan awal dengan guru kelas/bidang studi/teman sejawat
Ø
Mendiskusikan
dan menetapkan RPP
Ø
Mempersiapkan
lembar pengamatandan penilaiannya
b.
Pelaksanaan
tindakan
Ø
Memulai
tindakan
pembelajaran, sesuai di RPP
Ø Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan seksama,
melakukan asesmen yang berfokus pada maslah pembelajarannya,
serta menilai pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan melalui metode yang
digunakan.
Siklus II
Pembelajaran
menyelesaikan bilangan pecahan dengan memberikan soal pada siswa, guru hanya
memberikan arahan dan menyediakan media lingkaran yang sudah dibagi dalam beberapa
bagian yang ditetapkan. Dengan harapannya siswa memahami konsep bilangan
pecahan dan bisa menemukan sendiri
bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan pemahamannya sendiri.
Siswa akan menyelesaikan soal bilangan pecahan dengan berpenyebut satu angka
dan dua angka dalam kelompok
masing-masing yang dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri
dari 5 orang. Yang diamati dalam siklus ini bagaimana siswa mengerjakan siswa
mengerjak tugas dalam kelompoknya dan menemukan hasilnya.
3.Sampel penelitian
Sampel penelitian diambil pada siswa
kelas IV SD Negeri 183 Palembang
Siswa
|
Jumlah
|
Siswa kelas IV
|
25 siswa
|
4. Pelaksanaan
a).perencanaan
Peneliti
menganalisis pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas hanya sebatas
memenuhi tanggung jawab, pembeelajaran dilakukan tanpa terstruktur dan pembelajaran
hanya terfokus pada teacher center. Penelitian ditujuakn pada SD Negeri 183
Palembang yang sudah terlebih dahulu dilakukan peneliti survey kelapangan.
Dengan mengadakan wawancara terhadap beberapa pengajar dan guru kelas serta
memperhatikan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas.
b).persiapan
Untuk
melakukan pembelajaran dengan materi bilangan pecahan, guru menyediakan media
bilangan pecahan dari lingkaran, persegi, serta dari buah-buahan aataau sejenis
lainnya yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehar-hari. Media dalam
bentuk pejahan diberikan pada siswa tiap-tiap kelompok minimal ada 5 macam
dalam setiap kelompok dengan pembilang dan penyebut satu dan dua.
c).pembelajaran
Guru mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh
siswa saat menggunakan langkah-langkah penyelesaian pada setiap kelompok serta
memberikan mtivasi pada siswa diwaktu melakukan pekerjaannya. Dalam pekerjaannya
guru sekaligus memperhatikan prilaku siswa dalam kelompokny masing-masing,
serta siapa yang dapat menemukan terlebih dahulu jawaban yang benar dan tepat.
d).koreksi
Siswa
bersama-sama dengan guru mengoraksi pekerjaan siswa dengan menukar jawaban
dengan kelompok lain. Guru menyampaikan apa saja yang perlu diperhatikan
terhadap pekerjaan mereka misalnya langkah-langkahnya, penjumlahan dan
sebagainya.
e).refleksi
Guru
meminta pendapat siswa terhadap pembelajaran metode disccovery, apa kekurangan dan kelebihan dengan pembelajaran tersebut.
Kemudian bagaimana pemahaman sisswa dengan pembelajaran melalui metode discovery
dari pembelajaran sebelumnya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Hasil penelitian dan pembahasan
dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
|
Keterlibatan siswa
dalam pembelajaran
|
Sebelum perbaikan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
Jumlah siswa
|
%
|
Jumlah siswa
|
%
|
Jumlah siswa
|
%
|
||
1
|
Terlibat Aktif
|
10
|
40
|
14
|
56
|
17
|
68
|
2
|
Terlibat Fasif
|
9
|
36
|
8
|
32
|
7
|
28
|
3
|
Tidak Terlibat
|
6
|
24
|
3
|
12
|
1
|
4
|
|
Jumlah
|
25
|
100
|
25
|
100
|
25
|
100
|
Grafik
Penguasaan dan Aktifitas Belajar
|
|
|
|
![]() |
|
![]() ![]() |
|
![]() ![]() |
|
|
|
![]() ![]() ![]() |
![]() ![]() |
![]() |
![]() ![]() |
|
![]() |
|
![]() |
Siswa
Kelas V dalam Pembelajaran
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
![](file:///C:\Users\windows\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.gif)
![](file:///C:\Users\windows\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.gif)
![](file:///C:\Users\windows\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image018.gif)
|
Keterangan:
a. Terlibat aktif: siswa
dalam mengkuti proses pembelajaran
dengan sungguh-sungguh, antusias, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan materi
yang diberikan.
b. Terlibat pasif: siswa
tidak sunggu-sungguh dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bertanya
serta hanya menjawab seadanya.
c. Tidak terlibat:
artinya siswa hanya duduk diam saja tidak mau bertanya ataupun menjawab pertanyaan.
- Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan pada penelitian
ini sebelum perbaikan serta nilai siswa pada setiap seklus terlihat pada tabel
berikut:.
No
|
Item
|
Sebelum Perbaikan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Jumlah siswa
|
25
|
25
|
25
|
2
|
Jumlah siswa yang
telah menguasai materi
|
10
|
16
|
21
|
3
|
Persentase siswa
yang telah menguasai materi
|
40%
|
64%
|
84%
|
4
|
Nilai rata-rata
|
|
|
|
- Hasil nilai evaluasi selama dan proses pelaksanaa pembelajaran berlangsung:
No
|
Nama
|
Sebelum perbaikan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
|
Aan
Hafizd
Raja
Raffli
Reja
Amrianti
Nadiyah
Dian
Safirra.M
Putrid Atikah
Safira Ayumudita
Farina Safira
Diajeng Kirana
Alma Rizki F
Annisa
Nabila R.K
Namira A
Dheanna
Mariana
Jasmine
Windy
Royhan
Mutiara Permata
M. Afrizal
Alisya
|
50
75
60
50
35
45
50
55
65
30
75
35
35
50
75
75
45
60
30
85
35
70
75
85
60
|
70
75
85
55
55
50
55
75
85
55
90
70
50
75
85
85
50
65
45
80
50
85
85
85
70
|
80
85
100
75
70
55
75
80
90
95
100
80
55
85
90
100
65
70
50
95
55
100
95
100
75
|
Berdasarkan tabel yang terlihat
diatas bahwa hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika terdapat perubahan
dari siklus satu kesilus kedua. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran jumlah
siswa yang menguasai materi pelajaran dan mendapat nilai bagus hanya 10 orang
siswa dengan persentase 40%. Pada siklus I terjadi penigkatan menjai 16 orang
siswa yang mendapat nilai bagus dengan persentase 64%, dan pada siklus ke II
siswa yang menguasai materi pelajaran dan mendapat nilai bagus juga meningkat
menjadi 21 orang siswa dengan persentase 84%.
B.
Pembahsan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap upaya perbaikan pembelajaran pada
siklus pertama dan kedua ternyata penggunaan metode discovery meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Islam Az-Zahra
Palembang.
Dengan menggunakan
metode discovery mampu meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi
pembelajaran, serta siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran sehingga
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru kemudian nilai siswa
dapat mingkat.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode discovery ternyata hasil
belajar siswa sangat memuaskan, maka diproleh data sebagai berikut:
- Pada siklus pertama jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebannyak 16 orang (64%), menunjukkan adanya kenaikan dibanding sebelumnya.
- Pada siklus ke dua jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanayak 21 orang (84%).
Berdasarkan data di atas pembelajaran
Matematika di kelas IVSD Islam Az-Zahrah Palembang dengan menggunakan metode
discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan dalam
pembelajaran. pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara akatif dapat mempermudah
siswa memahami materi pembelajaran. Kemudian siswa mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan baik.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan
penulis sebagai berikut :
1. Bagi
siswa, diharapkan semua siswa dalam mengikuti pembelajaran memperhatikan guru, agar materi yang diajarkan
dapat dipahami dan hasil pembelajaran Matematika dapat maksimal.
2. Bagi
guru, guru hendaknya melakukan pembelajaran yang memberikan kesempatan luas
pada siswa. Menggunakan media dalam proses pembelajaran serta menyiapkan Lembar
Kerja Siswa (LKS). Selain dari itu, guru harus memilih atau menggunakan metode
yang menarik agar siswa menjadi aktif pada pembelajaran.
3. Bagi
sekolah,Sekolah harus mampu menyediakan sarana-prasarana yang menunjang
pembelajaran karena dengan sarana-prasarana pembelajaran yang lengkap siswa
akan lebih senang dan termotivasi dalam belajar.
BAB
VI
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman. Mulyono.
2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitsn
Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta:Depdiknas
Akbar.Reni,
Hawadi.2007. Identifikasi Keberkatan
Intelektual Melalui
Metode Non Tes: Dengan Pendekatan Konsep
Keberkatan Renzulli.
Jakarta:
Grasindo.
Arcaro.Jerome S.2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prisip-Prinsip dan
Tata Langkah Penetapan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bloom. 2001. Taxonomy of Educational Objetives. The
Classification of
Educational
Goal. New York: Longmans.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Hamalik, Oemar, 2007. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi
Aksara
Pendekatan Sistem.Jakarta: Bumi Aksara
Jakarta: Erlangga.
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
Nazir. Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia
Indonesia
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Sedarmawanti. 2002. Metodologo Penelitian. Bandung.
Siswanto. 2007. Operatians Research. Jakarta: Erlangga.
Slameto.2003. Belajar dan factor-faktor yang
mempengaruhinya.
Jakarta: Raneka Cipta.
Suryosubroto.2002.
Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: Raneka
Cipta.
Ajari yo
BalasHapusPertahankan
BalasHapusPertahankan
BalasHapus