26 Desember 2014

Makalah Evaluasi Tes Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika Pada Materi Sistem Pertidaksamaan Linier




Makalah Evaluasi
Tes Kemampuan Berfikir Kreatif Matematika
Sistem Pertidaksamaan Linier
 


Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Pendidikan matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari disekolah mulai dari SD, SMP, SMA bahkan sampai keperguruan tinggi. Salah satu masalah yang dihadapi di sekolah SMA Negeri 3 Kayu Agung adalah masalah lemahnya Berpikir Kreatif Matematiks Siswa Kelas XI IPA pada Materi Sistem Pertidaksamaan Linier. Dalam materi ini banyak ditemui soal-soal yang berupa soal cerita sehingga siswa itu kurang mampu dalam menjawab soal tersbut. Berdasarkan uraian dan pemikiran tersebut maka, penulis bermaksud mengadakan penelitian.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi adalah:
1.      Siswa belum terbiasa dalam memecahkan masalah soal matematika yang bersifat soal cerita.
2.      Siswa belajar sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru dan tidak mencoba mengembangkan jawaban yang telah ada.
3.      Soal yang diberiakan guru kepada siswa berupa soal cerita sehingga siswa sulit untuk memahaminya.
Berdasarkan masalah dan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Sistem Pertidaksamaan Linier di SMA Negeri 3 Kayu Agung?”
C.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar siswa terbiasa dengan soal matematika yang berupa soal cerita.
2.      Agar siswa belajar lebih berkembang dan kreatif dalam menjawab soal cerita.
3.      Agar siswa dapat memahami dan mengerjakan soal cerita.
PEMBAHASAN
Kreatifitas adalah potensi alamiah dalam diri anak yang harus dikembangkan secara optimal. Kreativitas itu sendiri ditumbuhkan oleh otak kanan, yaitu bagian otak yang memiliki spesifikasi berfikir, mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan musik. Semua anak yang lahir di dunia ini mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika bawaan dan faktor lingkungan.
1.      Pengertian Kreativitas
Menurut pandangan Campbell (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna, dan dapat dimengerti. Definisi senada juga dikemukakan oleh Drevdahll (dalam Ambarjaya: 35) kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.
2.      Kreativitas pada Anak
Ada tiga ciri dominan pada anak yang kreatif;
a.       Spontan
b.      Rasa ingin tahu
c.       Tertarik pada hal-hal baru.
Ternyata ketiga ciri tersebut terdapat pada diri anak. Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif, faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Usia dini atau disebut juga usia prasekolah merupakan suatu masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan formal. Oleh karena itu pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak.
Ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan kreativitas anak, antara lain:
a.       Perasaan takut gagal,
b.      Terlalu terpaku pada tata tertib dan tradisi,
c.       Enggan bermain dan terlalu mengharapkan hadiah jika dihadapkan pada tugas tertentu.
d.      Orang tua yang terlalu melindungi anak.
3.      Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan kegiatan mental yang dialami sesorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang dipecahkan. Berpikir merupakan proses dinamis yang dpat di lukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir pada pokoknya terdiri atas 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Evens (dalam Tatag 2010 : 29) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kondisi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Dari pengertian ini menunjukan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
4.      Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK)
Tingkat 1
merupakan tingkat berpikir kreatif rendah, karena hanya mengekspresikan terutama kesadaran siswa terhadap keperluan menyelesaikan tugasnya saja.
Tingkat 2
menunjukan berpikir kreatif yang lebih tinggi karena siswa harus menunjukan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen-komponen khusus atau algoritma-algoritma pemrograman.
Tingkat 3
merupakan tingkat yang lebih tinggi berikutnya karena siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam-macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detil yang diinginkan dan bagaimana menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan.
Tingkat 4
merupakan tingkat tertinggi karena siswa harus menguji sifat-sifat produk final membandingkan dengan sekumpulan tujuan.
1.      Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Pehkonen (Mahmudi, 2010:3), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra, atatu sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada prosesnya, yakni proses berfikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas dalam matematika lebih diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Meski demikian, istilah kreativitas dalam matematika dipandang memiliki pengertian yang sama dengan berpikir kreatif matematis, sehingga istilah keduanya dapat digunakan secara bergantian.
Menurut Livne (Mahmudi, 2010:3), berfikir kreatif matematis merujuk pada kemampuanuntuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat terbuka.
Dari pendapat tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa berfikir kreatif matematisadalah aktifitas mental yang disadari secara logis untuk menemukan jawaban atau solusi bervariasi yang bersifat baru dalam permasalahan matematika.
Untuk lebih jelasnya ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis sebagaimana di ungkapkan oleh munandar (dalam Tatag, 2010:36) yaitu:
1.      Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency)
2.      Keterampilan Berpikir Luwes (Flexibility)
3.      Keterampilan Berpikir Orisinil Kebaruan (Originality)
4.      Keterampilan Memperinci (Elaboration)
2.      Indikator Berfikir Kreatif Matematis
Indikator kemampuan berfikir kreatif matematis menurut Munandar, yang dirangkum juga dari pendapat para pakar sehingga didefinisikan sebagai berikut :
1.      Kelancaran (fluency)
Dapat lancar memberikan banyak ide untuk menyelesaikan suatu masalah.
2.      Luwes (Flexibility)
Dapat memunculkan ide baru (untuk mencoba dengan cara lain) dalam menyelesaikan masalah yang sama.
3.      Kebaruan (Originality)
Dapat melahirkan ide yang luar biasa untuk menyelesaikan suatu masalah (dapat menjawab menurut caranya sendiri)
4.      Keterampilan Memperinci (Elaboration)
Dapat mengembangkan ide dari ide yang telah ada atau merinci masalah menjadi masalah yang lebih sederhana.
Mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum dan indikator kemampuan berpikir kreatif matematika di atas, maka berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara lancar dan luwes. Ide dalam pengertian disini adalah ide dalam memecahkan masalah matematika dengan tepat.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2009: 72).
Data dalam penelitian berupa data primer tentang kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap pembelajaran matematika. Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 3 Unggul Kayu Agung Tahun Ajaran 2014/2015.
Variabel dalam penelitian ini hanya satu yaitu kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap pembelajaran matematika.
Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Pemberian Tes
Tes yang diberikan untuk menjaring informasi yang berkaitan dengan berpikir kreatif matematika siswa. Pemberian tes sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu validasi dan reliabilitas. Pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam satu tes uraian yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan, bentuk tes uraian ini menuntut kemampuan siswa berpikir secara kreatif. Sebelum tes diedarkan pada anggota sampel, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap tes tersebut yaitu terdiri dari validasi dan reliabitas. Validasi adalah keadaan yang menggambarkan bahwa tingakt instrument yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan apakah instrument yang digunakan untuk menjaring data benar-benar meyakinkan sebagai instrument pengumpul data. Pengujian validasi tes lebih dititik beratkan pada uji kesejajaran skor antar item dengan skor total dari item, dimana dalam penyusunannya tolak ukur yang digunakan berasal dari indikator-indikator yang ada adalah:
A.    Rumus Validasi (Validitas)
Dengan :          = Validasi tes
  n = Jumlah responden
ΣX= Skor setiap item
ΣY=  Skor total responden

Koefisiensi Kolerasi (r)
Interprestasi
0,90 ≤ rxy £ 1,00
0,70 ≤ rxy £ 0,90
0,40 ≤ rxy £ 0,70
0,20  ≤ rxy £ 0,40
            rxy £ 0,20
Kolerasi Sangat tinggi
Kolerasi Tinggi
Kolerasi Sedang
Kolerasi Rendah
Kolerasi Sangat Rendah
B.     Rumus Reliabilitas
Dimana:           = reliabilitas instrument
  k = banyaknya butir soal
= jumlah varians butir soal
                        = varians total
Klasifikasi besarnya koefisisen reliabilitas berdasarkan menurut (Guilford, J.P. , 1956: 145).
Koefisien Korelasi (r)
Interpretasi
           rxy ≤ 0,20
0,20 ≤ rxy ≤ 0,40
0,40 ≤ rxy ≤ 0,70
0,70 ≤ rxy ≤ 0,90
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00
Reabilitas sangat rendah
Reabilitas rendah
Reabilitas sedang
Reabilitas tinggi
Reabilitas sangat tinggi
C.     Rumus Daya Pembeda
                 DP =   atau  DP =
Dimana:
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah kelompok benar untuk kelompok bawah
JSA  = Jumlah siswa kelompok atas
JSB = Jumlah siswa kelompok rendah

D.    Tingkat Kesukaran
TK =
Karena  =  = 27% dari jumlah subyek dalam populasi, rumus tersebut dapat diubah menjadi:
TK =  atau TK =
Dengan TK = Tingkat Kesukaran, dan untuk notasi lainnya sama dengan notasi untuk Daya Pembeda
Klasifikasi Tingkat Kesukaran yang paling banyak digunakan adalah:
TK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 < TK < 1,00 Soal Mudah
            TK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun insturumen penelitian dalam bentuk tes uraian yang berjumlah empat butir soal yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Dengan skor yang tertinggi yang di capai siswa adalah 19. Sebelum tes tersebut terlebih dahulu dilakukan validasi konstruksi dan validasi isi, untuk memperoleh tes yang valid. Dalam penelitian ini, pengunaan validasi tes dilakukan dalam bentuk validasi isi. Dimana dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut;
(Arikunto,2006:170) Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan sebagai berikut;
Koefisiensi Korelasi (r)
Interprestasi
0,80 < r £ 1,00
0,60 < r £ 0,80
0,40 < r £ 0,60
0,20 < r £ 0,40
r £ 0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Dengan melihat harga rdaftar dan membandingkannya dengan rhitung masing-masing item soal dan semua soal valid dan cukup baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Koefisien dan status validasi tersebut dapat di lihat pada table berikut ini.
Tabel koefisien dan status validasi:
No
Koefisien Validasi
Status Valid
1
5, 6065
Valid
2
0,8762
Valid
3
0,9758
Valid
4
0,9595
Valid
1.      Uji Reabilitas Tes
Untuk pengjian reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan rumus:
Dengan kriteria:
0,90< r 11 £ 1,00 : korelasi sangat tinggi
0,70< r 11 £ 0,90 : korelasi tinggi
0,40< r 11 £ 0,70 : korelasi cukup
0,20< r 11 £ 0,40 : korelasi rendah
0,00< r 11 £ 0,20 : korelasi sangat rendah
b.      Menghitung varians total dan reliabilitas tes. Dari hasil perhitungan di peroleh varians total 2,5 dan reliabilitas tes Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes reliable yang berarti dapat di gunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini.








Kesimpulan:
1.      Berdasarkan soal yang kami uji untuk soal nomor 1, 2, 3, dan 4 termasuk soal yang valid karena dari ke 4 soal itu Thitung lebih besar dari Ttabel.
2.      Semua soal yang kami buat termasuk reabilitas tinggi.
3.      Berdasarkan Tingkat kesukaran soal no 1 mudah, no 2 sedang, no 3 & no 4 sukar.
4.      Daya Pembeda untuk soal no 1 & no 2 termasuk tipe soal jelek & cukup, serta untuk soal no 3 & no 4 termasuk tipe soal yang baik.

























Daftar Pustaka
Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jika
Hamza, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

4 komentar:

  1. Ni mklah tugas qt kan?? bgus ee men d poske heheee

    BalasHapus
  2. iy mklah qt kmren, iy lah bgus mko na aQ poske tu haahaha

    BalasHapus
  3. Q jg ngposke makalah ni hehehe

    BalasHapus
  4. maksih ya infonya ,,sangat membantu sekali,,oh boleh juga t musiknya ,,jd gk bosan bacanya,,

    BalasHapus