19 Desember 2014

Contoh PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 183 PALEMBANG MELALUI METODE DISCOVERY
 
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Pembelajaran yang baik sangat penting dan sangat diharapkan demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran dengan efektif. Jika pembelajaran tepat maka hasil pun akan tepat sesuai yang diharapkan. Dalam  memajukan pendidikan harus dimulai dari pembelajaran yang tepat karena pembelajaran merupakan dasar dari tujuan pendidikan.
Sebagaimana menurut Mulyasa (2007:20) mengatakan bahwa tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas kepada penyampaian informasi pada peserta didik. Sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar . Dari pada itu  guru dituntut memahami berbagai model, metode pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.
 Namun, barbagai masalah pada saat ini banyak terjadi dalam pembelajaran, baik masalah yang timbul dari guru, siswa, maupun pihak lainnya. Setelah dianalisis masalah-masalah yang timbul pada umumnya banyak terjadi di dalam ruangan kelas atau saat proses belajar mengajar berlangsung, dimana dilihat peserta didik enggan untuk mengajukan pendapatnya didepan kelas. Hal yang seperti ini terjadi karena kesalah pahaman pihak pengajar terhadap pembelajaran yang dilakuakan. Dalam situasi seperti ini guru diharapkan mampu  untuk mengendalikan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, pembelajaran juga harus dapat mengimbangi sesuai dengan perkembangan peserta didik,. Tetapi  terkadang peran seorang guru tidak sesuai seperti apa yang diharapkan sehingga sulit mencapai tujuan.
Seperti yang disampaikan Mulyasa (2007:19), dalam praktrek pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakuakn kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan tersebut sering tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak di antaranya yang menganggap hal biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun keslahan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik
            Permasalahan yang terjadi di dalam kelas yaitu pembelajaran sering didominasi oleh guru dan siswa jarang dilibatkan dalam proses pembelajaran,  siswa hanya sebagai penerima saja. Sehingga siswa tidak mempunyai inisiatif dan kesempatan untuk menemukan sendiri apa yang tidak dia ketahui disaat proses pembelajaran.
            Contohnya pelajaran matematika di SD Negeri 183 Palembang, dilihat persentase peminatnya sangat rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan matematika dianggap pelajaran yang sulit dan ditakuti karena banyak menggunakan rumus-rumus yang membingungkan. Kemudian matematika dianggap sebuah tantangan yang sangat besar yang mengakibatkan peserta kurang meminati matematika. Tapi, hal ini terjadi karena guru tidak banyak tahu tentang tekhnik-tehnik dalam proses pembelajaran yang akhirnya guru melekukan pembelajran sendiri dan tidak dimasukkan sebagaimana peran seorang murid dalam pembelajaran. Peserta didik hanya dijadikan sebagai objek saja, hal yang seprti ini menjadikan siswa terbiasa untuk diam dan menerima apa adanya sehingga matematika dianggap suatu masalah yang besar. Bukan bagi peserta didik saja menjadi masalah pelajaran matematika, namun bagi guru juga merupakan suatu masalah dalam pembelajaran karena masih banyak guru yang belum menguasai matematika itu sendiri. Menurut Mulyono (2003:251) banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit.
Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Bruner (dalam Depdiknas, 2007:1.5) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencati hubungan antara kosep-konsep dan struktur-srtuktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan itu. Proses belajara anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik siswa dalam mamahamisuatu konsep matematika.
            Kemudian, matematika sering diajarkan hanya sebatas pengenalan saja sehingga ada anggapan rumus akan dihafal, jadi sulit bagi siswa untuk mencerna dan menggunakannya akhirnya pelajaran metematika banayak dihindarai peserta didik. Selain dari itu, pembelajaran yang dilakukan guru juga kurang menarik dan menyenangkan bagi siswa yang masih dalam tahap perkembangan dimana anak masih dalam tahap bermain. Masih dijumpai di SD Negeri 183 Palembang  guru banyak memberikan tugas pada siswa tanpa menjelaskan melalui metode atau teknik pembelajaran.
            Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak guru yang belum tepat menggunakan cara-cara pembelajaran yang menarik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Serta pendidik menganggap matematika tidak harus diajarkan secara jelas dan detil. Kemudian dari guru juga masih banyak yang masih bingung dengan matematika itu sendiri serta tidak jarang juga dijumpai guru-guru bingung bagaimana cara menyampaikan atau membelajarkan suatu materi pelajaran matematika pada siswa, salah satunya materi bilangan pecahan. Padahal matematika merupakan sesuatu yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.
            Jadi matematika perlu menggunakan cara yang tepat untuk menyampaikan materi dalam menimbulkan semangat siswa terhadap pelajaran agar hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan 80%.
            Seperti semester lalu pada SD Negeri 183 Palembang hasil pembelajaran  belum mencapai ketuntutasan yang diharapkan karena hanya 60% pencapaian ketuntasan siswa. Jadi ini semua disebabkan karena berbagai masalah yang terjadi.
Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran antara lain:
            1. minimnya pengetahuan guru terhadap metode-metode pembelajaran
            2. matematika merupakan pelajaran yang ditakuti oleh siswa.
            3. kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
            4. media yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik dan
    terlalu abstrak.
            Dari masalah-masalah yang timbul ini maka peneliti merasakan perlu untuk dicarikan jawabannya dan dipecahkan supaya masalah ini tidak timbul lagi.

B. RUMUSAN MASALH
Dengan berbagai pokok permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika, maka rumusan masalahnya adalah:

1.      Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 183 Palembang setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
discovery ?

C. TUJUAN PENELITIAN
  1. Untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan metode Discovery.
  2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 183 Palembang pada materi bilangan pecahan melalui metode penemuan (discovery).
  3. Mengubah pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru menjadi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menipulasi pembelajaran, baik materi atau media yang digunakan.
4.      Menerapakn metode pembelajaran yang menarik, salah satunya metode discovery (metode penemuan) dalam pembelajaran matematika SD.

D.MANFAAT PENELITIAN
  1. Merupakan suatu acuan bagi peneliti agar dapat menggunakan metode yang tepat dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan.
2.      Supaya dapat meningkatakan daya tarik dan minat siswa dalam pelajaran matematika di sekolah dasar pada materi bilangan pecahan.
3.      Bisa menjadikan pembelajaran matematika jadi salah satu pelajaran yang paling disenangi
 dan bukan pelajaran yang ditakuti lagi bagi siswa SD khususnya siswa kelas 5 SD 003 Bangun Purba.
E. HIPOTESA / HIPOTESIS
            Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Hsil belajar Matematika siswa lebih baik setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode Disconery

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Pembelajaran
            Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya system lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan suatu usaha penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. System lingkungan belajar ini terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen komponen itu misalnya tujuan pembelajaran, materi yang ingin dicapai, media yang digunakan, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana pembelajaran yang tersedia (Sardiman, 2005:25-26). Menurut Umar (2007:27) belajaar yaitu merupaakaan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan mengingat, akaan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
 Interaksi belajara mengajar memiliki cirri-ciri; a) interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu, b) ditandai dengan suatu penggarapan materi khusus, c) ditandai dengan adanya aktivitas siswa, d) guru berperan sebagai pembimbing Edi (dalam Sardiman, 2005:15). Menurut Bloom (2001:175) yaitu, “guru perlu memperhatikan tiga ranah perilaku siswa dalam pembelajaran, yakni aspek: kognitif, afektif dan psikomotorik”
Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa mengajar itu merupakan suatu usaha atau tindakan menjadikan kondisi lingkungan belajar, sedangkan belajar adalah suatu usaha untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan. Maka, pembelajaran adalah suatu proses penggalian pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui dan akhirnya tahu setelah dilakukan proses pembelajaran. Pada hakikatnya pembelajaran itu merupakan hubungan interaksi antara pengajar dengan peserta didik didalam suatu tempat yang ditetapkan dengan menggunakan tekhnik-tekhnik dan aturan-aturan untuk menuntaskan pembelajaran serta untuk mencapai tujuan pembelajaran.
            Pembelajaran yang baik sangat membutuhkan cara-cara atau metode pembelajaran agar pembelajaran dapat meningkatakan keaktifan, kreatifitas siswa. Metode pembelajaran yang digunakan bisa memaksimalkan ketiga ranah dalam pembelajaran tersebut karena dengan menggunakan metode pembelajaran, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan terstruktur serta dapat menciptakan  pembelajaran yang bermakna.
            Hasil belajar sangat tergantung pada prosesnya yaitu bagaimana pembelajaran itu dilaksanakan dan juga dengan apa pembelajaran itu disajikan. Jadi pembelajaran bukan hanya memberikan pada peserta didik apa yang tercantum dalam buku, tetapi seorang pengajar harus berfikir bagaimana pembelajaran yang akan dilaksanakan itu menarik. Untuk menjadikan pembelajaran yang menarik maka metode pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran itu menarik dan bermakna. Metode penemuan ( discovery ), metode yang ditemukan dan dikemukakan oleh Bruner untuk menciptakan proses pembelajaran lebih epektif. Metode pembelajaran penemuan sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan, siswa akan menggunakan media atau alat peraga yang sudah disiapkan dalam mengungkap masalah pecahan sehingga siswa dapat menemukan sendiri seperti apa bentuk bilangan ½, ⅓, ⅔, ⅜……..dan mereka dapat membandingkan besar dari bilangan yang sudah mereka dapatkan.

2. Metode Penemuan (discovery) dalam Pembelajaran
            Berbagai metode dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan salah satunya adalah metode penemuan (discovery), dapat digunakan dalam pembelajaran metematika untuk mengajarkan materi pecahan.
            Metode penemuan diartikan sbagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran persorangan, memanipulasi objek dan lain-lain percobaan, sbelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Mtode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflekif (Suriyosubroto, 2002:192). Metode penemuan (discovery) adalah metode pembelajaran dimana siswa yang berperan untuk melakukan penemuan. Metode ini  dapat menjadikan siswa berfikir dan bekerja secara mandiri karena didalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja sendiri dan berfikir sendiri untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui prinsip-prinsip. Menurut Sund (dalam Roestiah, 2001:20) mengatakan ”Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”
            Didalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam pemecahan masalah, dengan mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. (Depdiknas, 2007:1.12). Konsep-konsep yang dimaksut tersebut adalah misalnya; segi tiga, pecahan, panas, demokrasi sedangkan prinsip adalah misalya; bila logam dipanaskan akan mengembang dan jika piring dipecah dua maka bagiannya adalah ½, dalam tehnik ini siswa dibiarksn menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya sebagai pembimbing Roestiyah (2001:20).
Menurut Suriyosubroto (2002:191) bahwa metode penemuan (discovery) adalah:
1.      Merupakan suatu cara untuk mengmbangkan cara belajar siswa aktif.
2.      Dengan menemikan sendiri, menyelidiki sndiri, makan hasil yang diproleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan anak.
3.      Pengertian tang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betuldikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4.      Dengan menggunakan strategi peenemuan anak menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri.
5.      Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar brfikir analisis dan mncoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri; kebiasaan ini akan ditreansfe dalam kehidupan masyarakat.

            Jadi dalam metode ini siswa bisa belajar aktif dengan keterlibatan langsung untuk menemukan jawaban permasalahan melalui prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Penemuan dilakukan oleh siswa dengan mencari informasi, memanipulasi dan menganalisisnya. Siswa harus berfikir lebih mantap lagi supaya bisa menemukan apa yang diharapkan. Dalam metode penemuan (discovery) matematika berarti siswa sendiri yang akan menemukan hasil dari masalah yang ada, namun penemuan disini hanyalah penemuan untuk diri siswa sendiri saja karna sesungguhnya apa yang akan dicari sudah ditemukan terlebih dahulu oleh para ahli. Sesuai dengan metode ini peneliti juga beranggapan bahwa dalam pembelajaran matematika metode ini sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kretifitas  dan mempertajam daya ingat siswa terhdap materi yang diajarkan.
            Semangat belajar siswa akan semakin meningkat karena siswa sendiri yang akan memanipulasi sampai siswa menemukan jawaban dari apa yang ingin dia temukan, Siswa akan berperan aktif dalam menggunakan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran yang menggunakan metode penemuan  (discovery) guru tidak berperan banyak, hanya membangkitkan atau merangsang para siswanya dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang menyangkut dengan materi yang akan menimbulkan barbagai masalah paada siswa. Kemudian guru memberikan pengarahan serta memberi bantuan pada siswa disaat mendapat  kesulitan, dan seterusnya akan dikerkajakan oleh siswa untuk menyelesaikan.
            Dalam pembelajarannya, metode ini sudah menentukan apa yang akan dilakuakan sehingga akan mempermudah dalam pelaksanaanny. Sebagaimana dalam ( Depdiknas, 2007:1.13) bahwa metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak-anak memproleh pengetahuan sebelumnya belum dikrtahuinya itu tidak melalui pemberitahuan tapi sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berfikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemukan dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
            Belajar discovery adalah belajar yang memaksimalakan proses pembelajaran aktif pada siswa supaya pengetahuan dan pengalaman siswa bukan hanya sebatas apa yang diberitahukan orang lain namun pengetahuan yang didapatkan oleh siswa itu sendiri.
            Strategi belajar discovery paling baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun dapat juga dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Pendekatan ini dapat dilaksanakan  dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah, bergantung pada besarnya kelas.

            a).Sistem Satu Arah (ceramah reflektif)
                        Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan / eksposition) yang dilakukan guru. Struktur penyejian dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan satu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas, memberikan kesempatan kepada kelas melakukan melakukan refleksi. Pemecahan masalah berlangssung selangkah demi selangkah  dalam urutan yang ditemukan oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diaujukan secara reflektif. Dalam keadaan ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian oleh guru. Penggunaan discovery dalam kelompok kecilsangant bergantung pada kemampuan dan pengalam guru sediri, serta waktu dan kemampuan mengantisifasi kesulitan siswa ( Oemar Hamalik, 2003:187).


            b).Sistem Dua Arah ( Discovery Terbimbing)
                        Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, seadngkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/ benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut guide discovery , sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20 sampai 30 orang siswa. Hanya beberapa orang saja yang melakukan discovery, sedangkan yang lain berpartisipasi dalam proses discovery misalnya dalam system ceramah reflektif (Oemar Hamalik, 2003:188). 

3. Yang Mempengaruhi Pembelajaran
            Suatu pembelajaran mempunyai keterkaitan dengan berbagai unsur dalam proses pembelajaran misalnya metode yang digunakan, keantusiasan siswa, pengalam mengajar guru dan sebagainya. Pembelajaran pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengajarakan sesuatu yang belum duketahui oleh siswa atau muridnya. Jadi, harus diperhatikan lingkungan suatu proses yang akan dilaksanakan agar hasil yang diproleh maksimal. Dari brbagai sudut pandangn dapat kita lihat unsur-unsur yang dapat mempengaruhi .pembelajaran seperti:
Ø  Jumlah siswa dalam suatu pembelajaran yang sedang berlangsung
Ø  Metode yang digunakan guru , apakah dapat memikat perhatian siswa untuk terfokus terhadap pelajararn yang diberikan.
Ø  Tempat pembelajaran yang dilaksanakan apakah dapat mendukung proses yang pembelajaran yang dilakukan.
Ø  Minat belajar siswa terhadap materi yang akan diajarakan.
Ø  Alat-alat atau media-media yang digunakan  juaga sangat mempengaruhi pembelajaran

BAB III
METODE PENELITIAN

            Untuk mencapai  tujuan yang diharapkan perlu dirancang kegiatan-kegiatan pengajaran dan dalam bentuk kegiatan tatap muka.Kegiatan berstruktur dan kegiatan mandiri yang relevan dengan bidang yang bersangkutan, strategi pengajaran penemuan dapat menunjang keberhasilan program pengajaran.(Oemar Hamalik, 2003:63).
Pembelajaran melalui metode penemuan akan mendapatkan masalah dari rangsangan yang diberikan guru, masalah diperoleh siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Masalah tersebut harus dipecahkan oleh siswa itu sendiri secara mandiri, tapi jika terdapatkesulitan guru akan memberi bantuan.  Bantuan guru yaitu memberikan arahan atau memperjelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam memecahkan masalah.Proses didalam kelas merupakan salah satu dasar pembentukan kepribadian dan pengetahuan seseorang, untuk mengembangkan juga mempertajam daya serap para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas perlu didukung dengan metode pembelajaran yang membuat siswa itu sendiri mendapatkan aktifitas. Salah satunya dengan metode discovery dapat mengembangkan pengetahuan siswa dalam mencapai keemasannya karena daya serap siswa masih kuat untuk menerima apa yang diberikan.
 Penelitian ini melalui metode penemuan (discovery) merupakan penelitan tindakan kelas (PTK). Penelitian akan dilaksanakan bertahap brdasarkan siklus-siklusnya agar masalah-masalah dapat dipecahkan secara tuntas. Penelitian akan dilaksanaan di SD Negeri 183 Palembang kelas IV, sekolah ini merupakan sekolah yang masih minim akan metode-metode pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu dan hasil belajar siswa.
1.Setting  Penenlitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 183 Palembang kelas IV dari        …s/d September 2011 dengan jumlah siswanya 25 orang Sumatra Selatan.

2.      Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang menuntut keaktifan para siswa yaitu dengan menggunakan metode Penemuan (Discovery)  dengan langkah –langkahny sebagai berikut:
a)      Stimulus (pemberian perangsang/simuli), kegiatan belajar ini dimualai dengan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktifitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b)      Problem statement (mengidentifikasi masalah), memberikan kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi masalah yang revan dengan materi ajar kemudian memilih dan merumuskan dalam  bentuk hipotesis.
c)      Data collection (pengumpulan data), diberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidak hipotesis yang dibuat.
d)     Data prosessing (pengolahan data), yaitu mengolah data yang sudah dikumpulkan melalui kegiatan wawancra, observasi, dll. Kemudian menafsirkan data.
e)      Mengadakan pemeriksaan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dibuat.

Rancangan PTK ini akan dilaksanakan dengan dua siklus dimana langkah-langkah dalam siklusnya  yaitu:
1.      menggali informasi untuk mengetahui dasar awal dalam
pelaksanaan pembelajaran
2.      membuat identifikasi permasalahn dalam pmbelajaran
3.      membuat rencana untuk pelaksanaan pembeajaran (rancangan pembelajaran)
4.      tindakan kelas yang akan dilaksanakan dan refleksi akhir pembelajaran.
Dalam pelaksanaan siklus penelitian ini akan dirincikan sebagai berikut.

siklus I
a.       Persiapan
Ø  Melakukan pertemuan awal dengan guru kelas/bidang studi/teman sejawat
Ø  Mendiskusikan dan menetapkan RPP
Ø  Mempersiapkan lembar pengamatandan penilaiannya
b.      Pelaksanaan tindakan
Ø  Memulai tindakan pembelajaran, sesuai di RPP
Ø  Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan seksama, melakukan asesmen yang berfokus pada maslah pembelajarannya, serta menilai pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan melalui metode yang digunakan.
Siklus II
      Pembelajaran menyelesaikan bilangan pecahan dengan memberikan soal pada siswa, guru hanya memberikan arahan dan menyediakan media lingkaran yang sudah dibagi dalam beberapa bagian yang ditetapkan. Dengan harapannya siswa memahami konsep bilangan pecahan dan bisa  menemukan sendiri bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan pemahamannya sendiri. Siswa akan menyelesaikan soal bilangan pecahan dengan berpenyebut satu angka dan  dua angka dalam kelompok masing-masing yang dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang. Yang diamati dalam siklus ini bagaimana siswa mengerjakan siswa mengerjak tugas dalam kelompoknya dan menemukan hasilnya.




3.Sampel penelitian
            Sampel penelitian diambil pada siswa kelas IV SD Negeri 183 Palembang
Siswa
Jumlah
Siswa kelas IV
25 siswa

    4. Pelaksanaan
      a).perencanaan
           Peneliti menganalisis pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas hanya sebatas memenuhi tanggung jawab, pembeelajaran dilakukan tanpa terstruktur dan pembelajaran hanya terfokus pada teacher center.  Penelitian ditujuakn pada SD Negeri 183 Palembang yang sudah terlebih dahulu dilakukan peneliti survey kelapangan. Dengan mengadakan wawancara terhadap beberapa pengajar dan guru kelas serta memperhatikan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas.

      b).persiapan
Untuk melakukan pembelajaran dengan materi bilangan pecahan, guru menyediakan media bilangan pecahan dari lingkaran, persegi, serta dari buah-buahan aataau sejenis lainnya yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehar-hari. Media dalam bentuk pejahan diberikan pada siswa tiap-tiap kelompok minimal ada 5 macam dalam setiap kelompok dengan pembilang dan penyebut satu dan dua.

c).pembelajaran
 Guru mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh siswa saat menggunakan langkah-langkah penyelesaian pada setiap kelompok serta memberikan mtivasi pada siswa diwaktu melakukan pekerjaannya. Dalam pekerjaannya guru sekaligus memperhatikan prilaku siswa dalam kelompokny masing-masing, serta siapa yang dapat menemukan terlebih dahulu jawaban yang benar dan tepat.

d).koreksi
Siswa bersama-sama dengan guru mengoraksi pekerjaan siswa dengan menukar jawaban dengan kelompok lain. Guru menyampaikan apa saja yang perlu diperhatikan terhadap pekerjaan mereka misalnya langkah-langkahnya, penjumlahan dan sebagainya.
e).refleksi
Guru meminta pendapat siswa terhadap pembelajaran metode disccovery, apa kekurangan dan kelebihan dengan pembelajaran tersebut. Kemudian bagaimana pemahaman sisswa dengan pembelajaran melalui metode discovery  dari pembelajaran sebelumnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.      Hasil penelitian dan pembahasan dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
Jumlah siswa
%
Jumlah siswa
%
Jumlah siswa
%
1
Terlibat Aktif
10
40
14
56
17
68
2
Terlibat Fasif
9
36
8
32
7
28
3
Tidak Terlibat
6
24
3
12
1
4

Jumlah
25
100
25
100
25
100

Grafik Penguasaan dan Aktifitas Belajar





Siswa Kelas V dalam Pembelajaran
100%
  90%
  80%
  70%
  60%
  50%
  40%
  30%
  20%
  10%
    0%
   Terlibat Aktif        Terlibat Fasif         Tidak Terlibat
 
Sebelum siklus                       Siklus I                       Siklus II
Keterangan:
a.       Terlibat aktif: siswa dalam  mengkuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh, antusias, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan materi yang diberikan.
b.      Terlibat pasif: siswa tidak sunggu-sungguh dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, tidak bertanya serta hanya menjawab seadanya.
c.       Tidak terlibat: artinya siswa hanya duduk diam saja tidak mau bertanya ataupun menjawab pertanyaan.
  1. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini sebelum perbaikan serta nilai siswa pada setiap seklus terlihat pada tabel berikut:.
No
Item
Sebelum Perbaikan
Siklus I
Siklus II
1
Jumlah siswa
25
25
25
2
Jumlah siswa yang telah menguasai materi
10
16
21
3
Persentase siswa yang telah menguasai materi
40%
64%
84%
4
Nilai rata-rata





  1. Hasil nilai evaluasi selama dan proses pelaksanaa pembelajaran berlangsung:
No
Nama
Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Aan
Hafizd
Raja
Raffli
Reja
Amrianti
Nadiyah
Dian
Safirra.M
Putrid Atikah
Safira Ayumudita
Farina Safira
Diajeng Kirana
Alma Rizki F
Annisa
Nabila R.K
Namira A
Dheanna
Mariana
Jasmine
Windy
Royhan
Mutiara Permata
M. Afrizal
Alisya
50
75
60
50
35
45
50
55
65
30
75
35
35
50
75
75
45
60
30
85
35
70
75
85
60
70
75
85
55
55
50
55
75
85
55
90
70
50
75
85
85
50
65
45
80
50
85
85
85
70
80
85
100
75
70
55
75
80
90
95
100
80
55
85
90
100
65
70
50
95
55
100
95
100
75

            Berdasarkan tabel yang terlihat diatas bahwa hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika terdapat perubahan dari siklus satu kesilus kedua. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran jumlah siswa yang menguasai materi pelajaran dan mendapat nilai bagus hanya 10 orang siswa dengan persentase 40%. Pada siklus I terjadi penigkatan menjai 16 orang siswa yang mendapat nilai bagus dengan persentase 64%, dan pada siklus ke II siswa yang menguasai materi pelajaran dan mendapat nilai bagus juga meningkat menjadi 21 orang siswa dengan persentase 84%.

B.       Pembahsan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap upaya perbaikan pembelajaran pada siklus pertama dan kedua ternyata penggunaan metode discovery meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SD Islam Az-Zahra Palembang.
            Dengan menggunakan metode discovery mampu meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran, serta siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru kemudian nilai siswa dapat mingkat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode discovery ternyata hasil belajar siswa sangat memuaskan, maka diproleh data sebagai berikut:
  1. Pada siklus pertama jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebannyak 16 orang (64%), menunjukkan adanya kenaikan dibanding sebelumnya.
  2. Pada siklus ke dua jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanayak 21 orang (84%).
Berdasarkan data di atas pembelajaran Matematika di kelas IVSD Islam Az-Zahrah Palembang dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan dalam pembelajaran.   pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara akatif dapat mempermudah siswa memahami materi pembelajaran. Kemudian siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik.
2.      Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis sebagai berikut :
1.      Bagi siswa, diharapkan semua siswa dalam mengikuti pembelajaran  memperhatikan guru, agar materi yang diajarkan dapat dipahami dan hasil pembelajaran Matematika dapat maksimal.
2.      Bagi guru, guru hendaknya melakukan pembelajaran yang memberikan kesempatan luas pada siswa. Menggunakan media dalam proses pembelajaran serta menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain dari itu, guru harus memilih atau menggunakan metode yang menarik agar siswa menjadi aktif pada pembelajaran.
3.      Bagi sekolah,Sekolah harus mampu menyediakan sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran karena dengan sarana-prasarana pembelajaran yang lengkap siswa akan lebih senang dan termotivasi dalam belajar.


BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak berkesulitsn
      Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
 Aisyah, Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
      Jakarta:Depdiknas
Akbar.Reni, Hawadi.2007. Identifikasi Keberkatan Intelektual Melalui
      Metode Non Tes: Dengan Pendekatan Konsep Keberkatan Renzulli.
      Jakarta: Grasindo.
Arcaro.Jerome S.2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prisip-Prinsip dan
      Tata Langkah Penetapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Bloom. 2001. Taxonomy of Educational Objetives. The Classification of  
      Educatio­nal Goal. New York: Longmans.
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Hamalik, Oemar, 2007. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
      Pendekatan  Sistem.Jakarta: Bumi Aksara Jakarta: Erlangga.
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Nazir. Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia
Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
      Raja Grafindo Persada
Sedarmawanti. 2002. Metodologo Penelitian. Bandung.
Siswanto. 2007. Operatians Research. Jakarta: Erlangga.
Slameto.2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya.
      Jakarta: Raneka Cipta.
Suryosubroto.2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: Raneka
      Cipta.

3 komentar: